Siapa di dunia ini yang tidak pernah merasakan masalah. Bahkan hembusan angin yang bagi sebagian orang mungkin menyejukkan, bisa jadi masalah bagi sebagian kecil. Hingga pada ujung hari saya sampai pada kesimpulan bahwa “Semua adalah Masalah”. Hidup adalah masalah. Bagaimana kita merespon, bagaimana kita mengelolanya. Ada masalah, tapi belum tentu dan tidak harus ada solusi. Ada masalah yang memang tidak perlu diselesaikan. Contoh, gempa bumi merupakan masalah. Tapi tidak ada yang bisa kita lakukan dengan itu. Kita membiarkan saja masalah itu terjadi. Kita hanya meminimalisir risiko dari dampak masalah tersebut. Lalu ada juga masalah yang memang harus diselesaikan.
Apakah semua masalah bisa diselesaikan? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Ada yang memang diselesaikan dengan mencari solusi dari masalah tersebut. Ada juga yang cara penyelesaiannya adalah dengan membiarkan masalah tersebut. Standarnya dari suatu masalah harus diselesaikan atau dibiarkan adalah 2 hal. Satu, apakah bisa kita kelola? Kemudian yang kedua, apakah bisa kita toleransi? Kedua standar tersebut bisa kita sebut sebagai batasan. Jika suatu masalah dapat kita kelola (manage) kemudian melebihi dari toleransi yang dapat kita terima, maka masalah tersebut harus diselesaikan.
Bila kita buatkan gambar kuadran agar dapat dengan mudah kita pahami, gambarnya adalah seperti berikut ini:
Febri Aryanto Copyright @ 2023
Kita hanya dapat berfokus ke masalah yang:
- dapat ditoleransi dan dapat dikelola sehingga –> dapat diselesaikan
- tidak dapat ditoleransi dan dapat dikelola sehingga –> harus diselesaikan, dan
- tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat dikelola sehingga –> buatlah mitigasinya (dari dampak masalah tsb)
Sedangkan pada masalah yang tidak dapat kita kelola dan dapat kita toleransi (maklumi), biarkan saja (ikhlaskan, pasrahkan).